Oleh : KH. Muhamad Fajar Laksana
Pengasuh Ponpes Modern Dzikir Alfath.
Hadits Nabi Saw, bersabda:
الْغُلَامُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُسَمَّى وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ
“Setiap anak tergadaikan oleh aqiqahnya yang disembelih sebagai tebusan pada hari ketujuh dan diberi nama sekaligus (hari ketujuh) serta dicukur kepalanya. (HR. Bukhari, Muslim, dan lain-lain).
kemudian hadis berikutnya
عَنْ الْغُلَامِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ وَعَنْ الْجَارِيَةِ شَاةٌ
“Aqiqah bagi anak laki-laki dua ekor kambing yang sepadan dan bagi anak perempuan satu ekor (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Dari penjelasan tersbut maka Aqiqah bayi baru lahir itu ada 3 perkara yg disunahkan. Hukumnya Sunnah yaitu.
1). Diberi nama yang baik yang jadi doa buat orang tua dan anaknya.
2). Dicukur rambutnya ditimbang beratnya rambutnya dinilai dengan nilai emas atau perak lalu di Infakan.
3). Memotong hewan Qurban, anak laki laki 2 ekor kambing anak perempuan 1 ekor Kambing.
WAKTU PELAKSANAAN AQIQAH
Hadits dari Buraidah radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
العقيقةُ تُذْبَحُ لسَبْعٍ ، أوْ لِأَرْبَعَ عشرَةَ ، أوْ لِإِحْدى و عشرينَ
“Aqiqah disembelih pada hari ke 7 atau hari ke 14 atau hari ke 21”. [HR. Thabrani dalam Al Ausath no.4882, Baihaqi no.19771, Dailami dalam Al Fidaus no. 4232]
Namun dalam sanad hadits diatas terdapat rawi yang bernama إِسْمَاعِيل بن مسلم المكي أَبُو إِسْحَاق البصري (Isma’il bin Muslim Al Maki Abu Ishaq Al Bashri), sejumlah kritikus hadits menganggap dia lemah.
Bagaimana pandangan ulama tentang syukuran bayi lahir ini maka terbagi menjadi 3 pandangan yg bisa bapak sampaikan yaitu :
- Pandangan pertama Syukuran bayi di hari ke 7 tapi boleh juga hanya pada kelipatan dari hari ke 7 itu, yang batas maksimalnya adalah hari ke 21 setelah hari ke 21, maka tidak boleh, dengan kata lain hanya membolehkan pilihan pada hari ke 7, 14, atau 21, dan bila telah lewat hari ke 21, maka tidak boleh lagi beraqiqah. Ini merupakan pendapat dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha dan Ishaq dan ‘Atha rahimahullah. Ini juga pendapat dari Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. (Lihat Al Majmu VIII: 431, Al Mughni IX: 461, Fathul Maalik VII: 105)
- Pandangan ulama yg kedua. Boleh diluar hari ke. 7, bahkan tidak membatasi pada maksimal hari ke 21. Sebagian dari mereka membolehkan bebas waktunya asal hitungannya adalah kelipatan 7, jadi boleh hari ke 7,14,21,28,35,42,49, dan seterusnya. Sebagian lagi bahkan membolehkan total tanpa ada batasan sama sekali, walau setelah hari ke 7 dari kelahiran sang bayi dan tidak mesti kelipatan 7, jadi boleh tanggal 8,9,10,21,28,40.75 dan seterusnya, pendeknya suka-suka.tentunya dgn pertimbangan kemampuan uang yg dimiliki oleh orang tuanya.
- Pandangan ulama yg ke tiga. Hanya membatasi pada hari ke 7 dari kelahirannya. Lebih dari itu, maka tidak lagi dianggap aqiqah.
- Ini adalah pendapat dari Imam Malik (Lihat dalam Syarhul Al Khurasyi III: 47), Ash Shan’aani (Subulus Salam Syarah Bulughul Maram IV: 181), Syaikh Al Mubarakfuri rahimahullah (Tuhfatul Ahwaadzi Syarah Sunan At Tirmidzi V: 98), dan Syamsul Haq Al Azhim Al Abadi (Aunul Ma’bud Syarah sunan Abi Dawud VIII: 28)
Dari pendapat ulama terbagi 3 kelompok diatas, maka tentunya kalau mau memilih berdasarkan Hadist dan sunnah Rasulullah Saw yang tidak di ragukan lagi, maka memilih hari ke 7. Tapi apa boleh hari yang lain, maka ulama telah terbagi tadi menjadi 3 kelompok diatas.
karena ini pertimbangan sunnah boleh saja menurut para Ulama.
Menurut KH. Muhammad Fajar Laksana mengenai waktu pelaksanaan Aqiqah berdasarkan Sunnahnya,
maka syukuran Aqiqah diusahakan laksanakan hari ke 7 tapi apabila belum punya dana bisa hari ke 14 masih belum punya dana juga bisa hari ke 21.
Kemudian Apabila di hari ke 7 ke 14 dan juga sampai di hari ke 21 belum memiliki juga dananya untuk membeli kambing. Syukuran Aqiqah kalaupun Orang Tuanya masih Mau melakukan Syukuran bisa saja diperbolehkan di hari ke berapa bisa juga di hari ke 40 hari 41 hari ke 52 apapun harinya niatkan syukuran sesuai ada kemampuan dana untuk syukuran yg penting jangan memaksakan syukuran di hari ke 7 dengan meminjam uang.
Barangkali itu hakikatnya ibadah Sunnah ” dikerjakan dapat pahala tidak dikerjakan tidak apa apa”.
Tentu pertimbanganya kalau mencontoh Nabi yang paling baik yang kuatnya di hari ke 7.
DOA DOA DALAM PELAKSANAAN UPACARA AQIQAH.
Doa ketika menyembelih hewan:
بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ [ اللهم مِنْكَ وَلَكَ ] اللهم تَقَبَّلْ مِنِّي هَذِهِ عَقِيْقَةُ …
Bismillâhi walLâhu Akbar, Allahumma minka wa laka, Allahumma taqabbal minni Hadzihi ‘aqiqatu…(sebutkan nama bayi)
” Dengan menyebut asma Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah, dari dan untuk-Mu Ya Allah, terimalah dari kami, inilah aqiqahnya … (sebutkan nama bayi)”
Doa walimah al-‘Aqiqah
اللهم احْفَظْهُ مِنْ شَرِّالْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَأُمِّ الصِّبْيَانِ وَمِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَالْعِصْيَانِ وَاحْرِسْهُ بِحَضَانَتِكَ وَكَفَالَتِكَ الْمَحْمُوْدَةِ وَبِدَوَامِ عِنَايَتِكَ وَرِعَايَتِكَ أَلنَّافِذَةِ نُقَدِّمُ بِهَا عَلَى الْقِيَامِ بِمَا كَلَّفْتَنَا مِنْ حُقُوْقِ رُبُوْبِيَّتِكَ الْكَرِيْمَةِ نَدَبْتَنَا إِلَيْهِ فِيْمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَلْقِكَ مِنْ مَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ وَأَطْيَبُ مَا فَضَّلْتَنَا مِنَ الْأَرْزَاقِ اللهم اجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ وَأَهْلِ الْخَيْرِ وَأَهْلِ الْقُرْآنِ وَلَا تَجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ أَهْلِ الشَّرِ وَالضَّيْرِ وَ الظُّلْمِ وَالطُّغْيَانِ
“Allâhummahfadzhu min syarril jinni wal insi wa ummish shibyâni wa min jamî’is sayyiâti wal ‘ishyâni wahrishu bihadlânatika wa kafâlatika al-mahmûdati wa bidawâmi ‘inâyatika wa ri’âyatika an-nafîdzati nuqaddimu bihâ ‘alal qiyâmi bimâ kalaftanâ min huqûqi rububiyyâtika al-karîmati nadabtanâ ilaihi fîmâ bainanâ wa baina khalqika min makârimil akhlâqi wa athyabu mâ fadldlaltanâ minal arzâqi. Allâhummaj’alnâ wa iyyâhum min ahlil ‘ilmi wa ahlil khairi wa ahlil qur`âni wa lâ taj’alnâ wa iyyâhum min ahlisy syarri wadl dloiri wadz dzolami wath thughyâni.”
“Ya Allah, jagalah dia (bayi) dari kejelekan jin, manusia ummi shibyan, serta segala kejelekan dan maksiat. Jagalah dia dengan penjagaan dan tanggungan-Mu yang terpuji, dengan perawatan dan perlindunganmu yang lestari. Dengan hal tersebut aku mampu melaksanakan apa yang Kau bebankan padaku, dari hak-hak ketuhanan yang mulia. Hiasi dia dengan apa yang ada diantara kami dan makhluk-Mu, yakni akhlak mulia dan anugerah yang paling indah. Ya Allah, jadikan kami dan mereka sebagai ahli ilmu, ahli kebaikan, dan ahli Al-Qur’an. Jangan kau jadikan kami dan mereka sebagai ahli kejelekan, keburukan, aniaya, dan tercela.””
Doa ketika mencukur bayi :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَللهم نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَنُوْرُالشَّمْسِ وَالْقَمَرِ, اللهم سِرُّ اللهِ نُوْرُ النُّبُوَّةِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm, Alhamdulillâhirabbil ‘âlamîn, Allâhumma nûrus samâwâti wa nûrusy syamsyi wal qamari, Allâhumma sirrullâhi nûrun nubuwwati RasuluLlâhi Shallallâhu ‘alaihi wasallam walhamduliLlâhi Rabbil ‘âlamin.
“Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Ya Allah, cahaya langit, matahari dan rembulan. Ya Allah, rahasia Allah, cahaya kenabian, Rasululullah SAW, dan segala puji Bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
Doa meniup ubun-ubun bayi setelah dicukur :
اللَّهُمَّ إِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Allâhumma innî u’îdzuhâ bika wa dzurriyyatahâ minasy syaithânir rajîm
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan untuk dia dan keluarganya dari setan yang terkutuk.”
Apabila Bayi meninggal bagaimana aqiqahnya?
Dalam Kitab Fatawa Isma’il Zain menerangkan dengan dua rincian pertama, jika bayi itu tidak pernah lahir di dunia (meninggal dalam kandungan) maka tidak ada anjuran memberikan aqiqah dan nama. Namun, jika bayi itu sempat menghirup kehidupan setelah dilahirkan meskipun hanya beberapa saat maka disunnahkan bagi orang tuanya untuk memberikan nama dan aqiqah kepadanya.”
فلا تسن تسمية للجنين ولا عقيقة عنه، والتسمية إنما تسن في حق المولود وكذلك العقيقة لا تسن إلا عن المولود
” Tidak disunahkan memberi nama bagi janin, begitu juga aqiqah, karena memberi nama dan aqiqah hanya disunahkan bagi anak bayi yang telah terlahir kedunia”
Sedang janin yg meningal dalam kandungan didalan rujukan Kitab diatas dijelaskan
أما ما دام في بطن أمه ومات في بطنها ودفن معها، فلا تسن له تسمية ولا عقيقة
Sedang untuk janin yang maninggal dalam kandungan ibunya, lalu dikuburkan bersama ibunya maka tidak disunahkan memberikan nama dan aqiqah bagi janin tersebut.
Alhamdulillah sangat bermanfaat…